E-retail adalah salah
satu model bisnis dari E-commerce
E-commerce mulai
berkembang di Indonesia sejak 1996, yang ditandai dengan berdirinya Dyviacom
Intrabumi. Selanjutnya muncul sebuah mall online yang disebut D-Mall yang telah
menampung 33 toko online. Dijaman globalisasi ini, e-commerce tidak lepas dari
yang namanya internet. Pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta pengguna
atau sekitar 24,23 % dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menandakan pasar
Indonesia masih dalam tahap perkembangan.
Perkembangan E-retail
di Indonesia sejalan dengan makin populernya Online Shopping di dunia pada saat
ini. Toko online di Indonesia baru mulai
populer di tahun 2006. Pada akhir tahun 2008 jumlah toko online di Indonesia
meningkat puluhan hingga ratusan persen dari tahun sebelumnya. Faktor
pendukungnya adalah makin banyaknya pengguna internet di Indonesia, yang
tadinya hanya sekitar 2.000.000 orang pada tahun 2000 menjadi 25.000.000
pengguna pada tahun 2008 (internetworldstats.com, data hingga Juni 2008).
Faktor kedua yang menyebabkan hal tersebut, karena semakin mudah dan murahnya
koneksi internet di Indonesia, ketiga semakin banyak pendidikan dan pelatihan
pembuatan toko online dengan harga sangat terjangkau.
Perkembangan online
shopping atau belanja online seperti halnya blibli.com, tokobagus.com, kini
semakin ramai dengan berbagai jenis produk mulai dari fashion, makanan,
keperluan rumah tangga, sampai gadget dll. Saat ini diperkirakan jumlah toko
online di Indonesia telah berjumlah ratusan.
Semakin banyak
e-commerce (layanan untuk sarana jual/beli online) yang berkembang di Indonesia
membuat banyak perubahan pola belanja masyarakat yang awal bersifat
konvensional kini berbelanja cukup dengan memilih produk yang ada di web/blog.
Website depkominfo telah mempunyai halaman sistem informasi pemetaan e-commerce
Indonesia, namun sistem tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Beberapa toko online memiliki data web yang
selalu terupdate dan memiliki informasi kontak yang jelas. Toko online lainnya
ada yang datanya tidak update (informasi terakhir adalah data antara 1 bulan
hingga 12 bulan sebelumnya), ada pula yg tidak memiliki informasi kontak secara
jelas, dan fitur e-commerce yang tidak lengkap.
Saat ini diperkirakan
jumlah toko online di Indonesia telah berjumlah ratusan, Menurut data
statistik: jumlah masyarakat online di seluruh dunia (data tahun 2007) adalah
1,2 milyar dan diperkirakan bertumbuh menjadi 1,9 milyar pada tahun 2011.
Pertumbuhan pengguna internet yang amat pesat nampak di seluruh benua, benua
Asia tertinggi dari benua-benua lainnya. Data Jurnal Bisnis Internasional: para
pebisnis kecil yang menggunakan internet marketing bertumbuh 46 % lebih cepat
dibanding mereka yang belum menggunakan internet marketing. Media digital seperti
internet telah merajai seluruh area bisnis dan komunikasi, mengalahkan media
print (cetak).
Toko online sangat
indentik dengan UMKM, baik dari segi permodalan hingga manajemennya, bedanya
hanya medianya saja, UMKM menganut media offline, sedangkan toko online
menggunakan cara online. Namun satu hal yang cukup penting adalah belum adanya
lembaga yang mewadahi dan mampu melindungi toko online Indonesia. Untuk
komunitas toko/bisnis online sendiri ada beberapa yang sudah terbentuk
diharapkan dapat menumbuhkan bisnis online di Indonesia. Contoh
penyedia layanan E-Retail adalah TokoBagus, Lazada, Kaskus dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Prediksi perkembangan
E-retail di Indonesia tahun 2018
Sektor e-commerce
digadang-gadang masih menjadi sektor yang akan mendapatkan banyak investor di
2018. Di tahun 2017 saja pertumbuhan investasi e-commerce mencapai angka USD 5
miliar. Angka tersebut didapatkan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Angka sebesar itu tentunya masih menjadi e-commerce sebagai ladang investasi
yang masih menggiurkan di tahun 2018. Lalu bagaimana prediksi perkembangan
e-commerce dan Tren e-Commerce di 2018?
Tentunya sektor
e-commerce masih menjadi daya tarik bagi pemilik modal untuk menanamkan uangnya
disektor tersebut. Apa lagi jumlah pengguna internet yang semakin bertambah
setiap tahunnya, serta para penjual online pun semakin bertambah setiap
tahunnya. Hal ini membuat sektor ini masih menjadi incaran pemodal. Serta
sektor bisnis online ini akan menjadi tren yang menarik untuk di ulas dan
diketahui. “Sektor e-commerce tumbuh 60%-80% dalam per tahun,” terang Thomas
Lembong, Kepala BKPM seperti yang dikutip dari id.beritasatu.com. Lembong pun
mengatakan di tahun 2018 menjadi tahun yang positif bagi bisnis berbasis
jaringan internet. Sektor ini pun dianggap akan berkontribusi sangat besar bagi
pertumbuhan investasi nasional. Lalu bagaimana perkembangan e-commerce di 2018?
Kita akan ulas dengan detail mengenai perkembangan yang akan semakin diminati.
1. Perilaku Konsumtif Masyarakat Berubah
Masyarakat Indonesia
telah menyadari bahwa belanja online sekarang lebih mudah, dibandingkan mereka
harus belanja secara offline. Bahkan e-commerce saja tidak hanya menyediakan
layanan berbelanja online, tetapi mereka pun memberi ruang khusus untuk pembayaran
PPOB (payment point online bank).
Sistem PPOB adalah
sistem pembayaran berbagai kebutuhan masyarakat seperti listrik, BPJS, telepon,
cicilan kendaraan, PDAM, serta pembayaran lainnya mereka lebih memilih untuk
melakukannya secara online. Terbukti dari banyaknya e-commerce dan marketplace
yang menyediakan layanan tersebut. Perkembangan e-commerce dan tren e-commerce
di 2018 untuk PPOB pun sepertinya akan terus berkembang. Karena masyarakat
tidak lagi menjadikan marketplace sekedar tempat belanja fashion ataupun
gadget. Bahkan untuk membeli tiket konser ataupun pertandingan olahraga sudah
bisa melalui sistem online dan memesan secara langsung. Tiket konser dan
pertandingan pun kini sudah bisa dibeli secara online, tentunya ini sangat
memudahkan masyarakat dalam membeli tiket.
2. Masyarakat Lebih Suka Belanja Online
Tahun 2018, Asosiasi
Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) memprediksi akan ada sekitar 50 retail
offline yang akan tutup, dan segera merubah format bisnis mereka sesuai dengan
apa yang dibutuhkan oleh masyarakat luas saat ini. Tentunya ini menjadi angin segar
dalam perkembangan e-commerce dan tren e-commerce di 2018.
Bukti selanjutnya
mengapa masyarakat lebih suka belanja online adalah meningkatnya volume
transaksi secara online sepanjang 2017. Menurut laporan We Are Social yang
diperoleh oleh Tim Antijobless dari Platform gaya hidup, Shopback, di tahun
2017 ada peningkatan konsumsi belanja barang dan jasa secara online dari 26% di
tahun 2016 menjadi 41 % selama tahun 2017. Shopback juga memaparkan hasil
survei yang dilakukannya terhadap sekitar 1000 responden di Indonesia, sebanyak
70,2% responden mengakui keberadaan e-commerce dan marketplace telah merubah
perilaku belanja mereka.
3. Jasa Pengiriman One day Delivery Service
semakin Diminati
Semakin banyak
masyarakat yang berbelanja di e-commerce, semakin banyak pula mereka
mendapatkan barang di hari yang sama setelah pembelian. Bahkan di kota-kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan lainnya, beberapa e-commerce
sudah bekerjasama dengan jasa pengiriman agar barang yang di pesan bisa sampai
pada hari yang sama juga. Hal ini lah yang akan membuat jasa pengiriman one day
delivery service akan semakin diminati di 2018 dan menjadi salah satu yang akan
berkembang mengikuti perkembangan e-commerce dan tren e-commerce di 2018.
4. Integrasi antar e-Commerce dengan Media
Sosial
Masyarakat semakin
melek untuk menjadi pengusaha, hal itu terlihat dari semakin banyaknya penjual
online yang menjajakan barang dagangannya di e-commerce dan marketplace seperti
Shopee, Bukalapak, dan Tokopedia yang berada pada kisaran 2 juta orang.
Selain itu, jumlah
penjual online yang memiliki toko online di media sosial semacam Facebook dan
Instagram pun semakin meningkat. Di 2018, para e-commerce pun akan
mengintegrasikan e-commerce mereka dengan media sosial. Seperti halnya Shopee
yang memiliki fitur Instashop X Shopee, dimana penjual di Instagram bisa
memasukan produk yang mereka jual melalui akun Instagram, langsung ke akun
Shopee. Tren e-commerce di 2018 ini akan menjadi incaran para pedagan online.
Oleh :
Ni Kadek Evi Suprayanti
15110111056 (MP.B/6)
Program Studi Manajemen
Perhotelan
Universitas Dhyana Pura